Teh pagi ini terasa pait, bukan karena ngk ada gula. ada, tapiiii.... tapii ya itu lupa ngaduk nya.
Teh pagi pagi ini ngasi aku solusi buat beban dunia yang dititipkan dibahu.
Beban yang ngk mungkin bisa di selesaikan dengan bersandar di bahu orang yang kita sayang. Teh pagi ini ngajarkan aku untuk menikmati hidup, perhatikan hal2 kecil sebelum ng'teh sblum kejadian ku terulang sama kamu.
Sebelum ng'teh ada yang perlu kamu perhatikan beserta makna nya (versi gue)
"Sebelum nyeruput teh, takar dulu panasnya. sbelum bibir kamu dower kepanasan. itu kayak kamu lagi ada masalah terus emosi yang berlebihan smpe jdi muncul masalah baru buat kamu"
"Aduk teh yang lagi kamu seduh jgn biarin gula nya mengendap dibawah, ini sama aja kayak perasaan yang kamu pendam dan ngk brani buatt ngungkapin nya dan hasil nya paittttttt"
"Tips terakhir meminum teh, pejamkan mata kamu, hirup aromanya terus seruput teh nya dan nikmati rasanya, ini berarti dalam kehidupan mu ngk ada yang buru2. step by step dan semua masalahmu akan ditelan dan efeknya nikmat"
Itu teh ku pagi ini :))
Kamis, 30 Januari 2014
Bungsu Bukan Berarti Manja
Masih banyak anggapan diluar sana
kalo jadi “si bungsu” itu manja.
Oke dalam entri kali ini, aku bakal
bahas kalo nggak semua anak bungsu itu manja.
Sibungsu dimanjakan dalam keluarga
itu juga punya alasan yang masuk akal menurut aku. Bukan karena aku anak
bungsu, trus aku mengadakan pembelaan disni.
Kali ini aku bakal memaparkan hal-hal
tersembunyi dari sibungsu (kali ini bakal gunain bahasa baku, biar feel nya
terasa :)):
§
- Si bungsu dimanja dalam keluarga, bukan semata-mata si sulung dan kakak-kakak diatas nya “diasing”-kan. Saya percaya kalau orang tua punya alasan, dan alasan yang mulai saya pahami karena mereka ingin sibungsu merasakan hal-hal terindah karena masa bermanja sibungsu lebih singkat dari si sulung.
- Menjadi anak terakhir bukan berarti terlepas dari tanggung jawab, mungkin karena harapan terakhir yang di miliki orang tua terletak pada sibungsu sehingga kerap perlakuan bahkan pengekangan yang berlebihan di rasakan oleh sibungsu. Dan jelas ini sangat tidak nyaman.
- Sibungsu kerap menjadi sasaran. Sibungsu kerap menjadi tempat berbagi amarah, cerita bahkan hal yang sangat rumit bagi nya. Ini bisa jadi karena sibungsu selalu dianggap sebagai anak kecil sepanjang masa yang tidak mengerti persoalan apapun dan selalu bisa disalahkan karena dianggap akan dimaafkan akhirnya.
- SiBungsu lebih dewasa dari si sulung. Dalam beberapa kasus yang dialami oleh penulis bahkan orang disekitarnya, banyak kenyataan bahwa sibungsu berfikiran lebih dewasa dari kakak-kakaknya. Kenapa tidak, dalam kasus di sekitar penulis banyak si kakak yang sering membuat masalah dari pada sibungsu.
- Sibungsu pemberi kesempatan. Pada kenyataan nya, sibungsu sering dianggap sebagai anak bawang dikeluarga, yang selalu dimaafkan apabila berbuat salah. Mungkin ini yang patut saya TEGASkan. Sibungsu merupakan seorang pemberi kesempatan kepada saudaranya, dia memberi kesempatan lebih awal kepada saudaranya untuk menghirup udara, merasakan adzan sang ayah, menangis karena haus, belaian lembut ibu, merasakan bahagianya ketika disanjung terlebih dahulu dari pada dia.
Menjadi bungsu atau sulung bukan
pilihan, menjadi anak dengan deret keberapa sudah menjadi putusan tuhan.
Berbuatlah kedepan tanpa ada pandangan saya anak keberapa dan dia sibungsu
masih kecil dalam hal ini. Percayalah sibungsu tidak seterusnya menjadi
sibungsu sewaktu dia kecil, dia hanya memberi kesempatan kepada saudara nya
untuk melihat cahaya tuhan dan belaian bidadari tanpa sayap lebih dahulu kepada
saudaranya.
Langganan:
Postingan (Atom)